Pantang Makanan Daging Merah Saat Menderita Fistula Ani
Pernahkah kamu mendengar soal pantang makanan daging merah saat menderita fistula ani? Nah, ini bisa saja benar. Mengapa? Padahal daging merupakan makanan yang enak dan disukai oleh banyak orang. Belumlagi ternyata daging merah mengandung banyak nutrisi penting, termasuk protein, vitamin B12, dan zat besi. Namun, kendati demikian tenyata mengonsumsi daging merah berlebihan bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan serius.
Pantang Makanan Daging Merah Saat Menderita Fistula Ani
Menurut laman American Heart Association (AHA), daging merah umumnya memiliki lebih banyak lemak jenuh daripada sumber protein lain, seperti ayam, ikan, atau kacang-kacangan. Konsumsi lemak jenuh dalam jumlah tinggi dan lemak trans dalam jumlah berapa pun dapat meningkatkan kadar kolesterol. Lalu, pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit.
Selanjutnya, konsumsi daging merah dalam jumlah banyak juga dapat mengganggu keseimbangan bakteri dalam usus. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat menurunkan pertahanan kekebalan di saluran cerna sehingga rentan terjadi peradangan.
Lalu, apa hubungan pantang makanan daging merah saat menderita fistula ani? Nah, dalam hal ini dengan mengonsumsi daging merah secara berlebihan atau terlalu sering akan membuat sistem pencernaan kesulitan. Daging merah termasuk pantang makanan penderita fistula ani. Hal ini karena daging merah cukup sulit untuk dicerna dan minim serat. Akibatnya, perut membutuhkan banyak usaha untuk mencernanya. Terlebih jika daging dimasak dengan minyak.
Fistula Ani: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Fistula ani merupakan kondisi terbentuknya saluran abnormal antara ujung usus besar dan kulit pada area anus. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri dan pembengkakan sekitar anus, serta keluarnya nanah berbau busuk saat buang air besar. Pria berusia 40 tahun ke atas lebih sering mengalami kondisi ini.
Penyebab
Penyebab utama fistula ani yaitu terbentuknya abses sekitar anus. Awalnya, kondisi ini terjadi ketika kelenjar sekitar anus tersumbat.
Saat kelenjar tersumbat, maka bakteri akan menumpuk hingga menyebabkan infeksi pada jaringan tersebut. Lama-kelamaan, abses dapat terbentuk pada bagian anus yang terluka. Bila abses tidak langsung mendapatkan penanganan dengan baik dan tidak sembuh setelah nanah keluar, maka seseorang akan berisiko mengalami fistula ani.
Akhirnya, kumpulan nanah yang terbentuk akan membuat jalan keluar sendiri hingga muncul lubang pada kulit sekitar anus. Sekitar 40 persen pasien dengan abses akan mengalami pembentukan fistula.
Menurut Cleveland Clinic, munculnya benjolan yang berisi nanah kemungkinan besar juga bisa karena sejumlah masalah kesehatan. Berikut di antaranya.
- Penyakit Crohn, yakni kondisi jangka panjang yang membuat sistem pencernaan mengalami peradangan.
- Infeksi tuberkulosis (TB), yaitu infeksi bakteri yang menyerang paru-paru.
- Human Immunodeficiency Virus (HIV), yakni infeksi virus yang nantinya dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan memengaruhi sistem imun.
- Penyakit menular seksual yang menyerang anus.
- Divertikulitis, yaitu peradangan pada kantung-kantung sepanjang usus besar.
- Trauma atau komplikasi bekas operasi dekat anus.
Pengobatan
Pengobatan fistula ani bergantung pada lokasi dan tingkat keparahannya. Adapun tujuan pengobatannya adalah untuk mengeluarkan nanah dan menghilangkan fistula dengan tetap melindungi otot-otot anus. Pengobatan fistula ani adalah dengan operasi. Ada beberapa jenis operasi, seperti fistulotomi, penyumbatan fistula, pemasangan seton, pemasangan jaringan, dan prosedur LIFT. Namun, operasi manakah yang tepat baru akan diketahui setelah melakukan pemeriksaan dengan dokter.